PUISI TENTANG KEMATIAN

Kematian laksana bayangan,
Yang hanya terlihat ketika cahaya menyapa.
Dengannya jati diri terungkap,
Dan resah meninggalkan jiwa.

Dia pasti datang,
kau tak punya kuasa utk menolaknya.

Pilihanmu hanyalah,
mengabaikannya saja atau
menyapanya lebih dulu.
Sehingga ketika dia datang,
kau bisa menyambutnya
laksana sahabat karib,
yg sudah ditunggu-tunggu.

repost

FATAMORGANA

Dan kamu tahu,

Ratusan purnama berlalu,

Ribuan cahaya datang dan pergi.

Apakah dia meninggalkan jejak yang sama?

Atau setidaknya menghapus luka?

Kesedihan, gembira, duka, lara.

Semua tipu daya.

Sakit, senang, luka, dan nyaris binasa.

Semua itu fatamorgana.

Dia hanya semu belaka.

Jadi harusnya kukembalikan lagi saja padaMu,

Untuk dibuang habis.

KEPADA-MU

Bolehkah aku menemuiMu lagi,

Setelah lepas hari kemarin,

Saat langit masih terang,

dan laut belumlah pasang.

Bolehkah aku menemuiMu lagi,

Mengeja asmaMu dengan sungguh-sungguh,

Merapal doa sepenuh hati,

MemintaMu menemani lagi kali ini.

Ah aku malu menengadahkan muka,

Meski kutahu Kau kan selalu menyambutku dengan sumringah,

Rinduku kadang hanya saat pasang,

Yang hilang saat terang.

Maafkan aku,

Sungguh maafkan aku.

CERITA KITA

Cerita kita singkat saja, Sayang

Tak lebih dari dua kepalan.

Saat kau asyik menghitung ruasnya,

Tak terasa kita tiba di tepian.

Cerita kita singkat saja, Sayang

Hanya dua kali kedatangan Tuan.

Saat kelahiran dan kematian,

Diantaranya kita berkelindan dalam kehidupan.

Cerita kita singkat saja, Sayang.

Cepatlah berbenah,

Sebentar lagi waktunya pulang.