WAKTU DAN LUKA

Waktu akan membantumu mem-frame ulang apa yang terjadi, memahami dengan lebih jernih semua peristiwa, menerimanya dengan lebih lapang, memaafkan dirimu sendiri dan orang lain, lalu melepaskan masa lalu dalam damai dan mulai belajar hidup penuh di hari ini.

Semoga Tuhan, dengan ke MahaRahmanRahim- Nya, merangkulmu dalam kasihNya selama proses penyembuhan itu berlangsung. Semoga Dia berkenan mengajarkan hikmah setiap peristiwa padamu, sehingga kamu bisa bertumbuh selama proses penyembuhan ini, dan keluar menjadi individu yang lebih baik dari sebelumnya.

Apakah waktu bisa menyembuhkan luka? Bisa atas pertolonganNya, tanpa kamu harus menghapus seluruh peristiwa dari ingatanmu.

Untukmu, siapapun yang sedang terluka, bertahan dan bersabar ya…

JALAN SETAPAK

Salah satu sahabat saya menderita sakit cancer. Meskipun kondisinya cukup stabil, namun dia harus mengkonsumsi sejumlah obat dan secara rutin berkonsultasi pada dokter untuk menjaga kondisinya ini. Selain itu dia juga menderita sakit autoimun yang sewaktu-waktu bisa kambuh, baik karena dampak pengobatan atau yang lainnya.

Suatu siang di sebuah gedung pencakar langit Jakarta kami bertemu. Saya perhatikan ada bekas luka di keningnya. Biasanya hal itu karena autoimun yang kumat dan menimbulkan masalah di kulit. Kulit mengelupas dan saya tidak tahu seberapa pedih rasanya jika sedang terjadi.

Siang itu saya lihat dia ceria saja, kami menyelesaikan tugas dengan cepat di sana dan memutuskan pulang bersama. Di tengah jalan, saya yang merasa penasaran bertanya bagaimana rasanya harus menjalani sekian pengobatan, bolak balik ke rumah sakit, belum lagi jika autoimunnya kumat. Saya sendiri tidak tahu akan sanggup atau tidak jika mendapatkan ujian yang sama.

Dia tertawa saja, katanya Alhamdulillah dia cukup ringan menjalani semua. Dia menerima kondisinya sebagai ujian, pembersihan sekaligus jalan mendekatkan padaNya. Saya sendiri juga tidak pernah melihat dia mengeluh, meskipun pasti kondisinya tidak mudah.

Setiap orang diuji dengan kehidupannya masing-masing, dengan kadarnya masing-masing dan ceritanya masing-masing. Jika teman saya dengan sakit, maka saya mungkin dengan pernikahan. Orang lain mungkin juga dengan anak. Jatah setiap orang berbeda, tergantung dengan kondisinya, tergantung dengan apa yang ada dalam jiwanya. Rasa-rasanya tidak ada orang yang tidak menghadapi kesulitan dalam hidup ini. Kesulitan dan kemudahan berkelindan merangkai cerita, membentuk jalan hidup setiap orang. Spesifik, khas, khusus. Tidak ada cerita satu orang yang sama persis dengan cerita orang lain.

Saya lalu teringat sebuah ungkapan bijak bahwa ada banyak jalan menuju Dia, sebanyak jumlah manusia di muka bumi ini. Mungkin inilah maksudnya. Cerita saya tidak sama dengan teman saya tadi. Tidak juga bisa dibandingkan satu sama lain karena kami jelas berbeda. Cerita yang berbeda ini menyimpan rahasia siapa kita dan bagaimana kita menuju-Nya. Semuanya hanya bisa terungkap hanya kita mau menyelaminya. Menyelaminya dengan penerimaan tanpa syarat tentunya. Seperti yang dilakukan teman saya siang itu, tetap tersenyum menjalani takdirnya. Jalan setapaknya.

Semoga kita dikaruniai keridhaan hati dalam menapaki jalan setapak kita sendiri. Karena keridhaan kita adalah tanda keridhaan-Nya. Hal terbesar yang kita inginkan dalam hidup kita.

Amin ya Rabbal ‘alamin.

PUISI TENTANG KEMATIAN

Kematian laksana bayangan,
Yang hanya terlihat ketika cahaya menyapa.
Dengannya jati diri terungkap,
Dan resah meninggalkan jiwa.

Dia pasti datang,
kau tak punya kuasa utk menolaknya.

Pilihanmu hanyalah,
mengabaikannya saja atau
menyapanya lebih dulu.
Sehingga ketika dia datang,
kau bisa menyambutnya
laksana sahabat karib,
yg sudah ditunggu-tunggu.

repost

MIMPI

Beberapa hari lalu saya sering bermimpi sesuatu yang membuat saya kurang nyaman. Bukan mimpi yang menakutkan, namun terasa aneh dan random saja. Terjadi beberapa hari sehingga saya bertanya-tanya kenapa.

Lalu saya tiba-tiba teringat mimpi saya ini selalu terkait sesuatu yang saya pikirkan sebelumnya. Misalnya hari itu terlintas pikiran tentang A, maka malamnya hadir dalam bentuk mimpi yang acak. Demikian terjadi dalam beberapa hari.

Saya kemudian merenung, sepertinya mimpi-mimpi yang terasa random dan aneh ini, ingin memberitahu saya tentang sesuatu. Hal-hal yang saya pikir remeh, sepele, sekilasan saja, ternyata membekas/menempel di hati. Dia kemudian ter-refleksi dalam bentuk mimpi ini. Masuk ke unconsciousness, sehingga keluar kembali saat sedang tidak sadar (tidur).

Saya bersyukur kotoran-kotoran ini dibersihkan dalam bentuk mimpi. Namun di sisi lain juga menyadari betapa mudahnya hal-hal yang saya lihat, dengarkan, pikirkan, rasakan, nempel dalam hati saya. Tanpa sadar menjejak dan mungkin juga menutupi mata batin. Sehingga apa-apa yang keluar dari dalam tidak lagi murni, sudah bercampur baur dengan banyak hal.

Hal-hal yang mungkin saya anggap sepele. Sesuatu yang lewat di beranda sosial media, gosip artis yang sedang ramai dibicarakan, kekhawatiran kondisi negara, gonjang-ganjing politik, prasangka saya terhadap orang lain, sekian di antara hal-hal yang mungkin tidak terlalu dianggap, namun ternyata membekas, menimbulkan jejak dalam hati. Kalau dibayangkan mungkin hati saya jadi banyak noda hitamnya, sehingga apa-apa yang keluar dari sana, jadi tidak jelas bisikan ilahi atau bukan.

Padahal yang dimintakan setiap hari itu jalan yang lurus, dan hati adalah sarana utama untuk mendengar kemana jalan yang lurus itu sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari. Namun dia ternyata masih sering tercampur aduk dengan segala lintasan pikiran, informasi yang masuk, stimulus dari semua indra, yang mungkin belum saya istighfari dalam setiap sholat.

Astaghfirullah’adzim, semoga Allah berkenan membantu memperbaiki ini di kemudian hari.

Amin ya Rabbal ‘Alamin…

TANGGUNG JAWAB

Beberapa hari ini kami dibingungkan oleh pakaian-pakaian kami yang dihilangkan oleh pihak laundry. Saya memang menggunakan jasa laundry kilo untuk meringankan pekerjaan domestik sehari-hari. Minggu lalu, ketika saya menghitung jumlah pakaian yang dikembalikan, saya agak kaget karena selisihnya hingga 10 potong pakaian. Saya juga tidak tahu persis apa saja, karena masih harus mengecek satu persatu pakaian yang ada, dan itu membutuhkan waktu tersendiri.

Pihak laundry sendiri menunjukkan itikad yang sangat baik saat saya melaporkan tentang jumlah pakaian yang tidak sesuai ini. Mereka bersedia mengecek ulang dan bahkan menawarkan untuk mengganti pakaian yang hilang dengan uang. Saya sendiri masih berharap pakaian-pakaian tersebut kembali, karena sejujurnya tidak tega membayangkan gaji karyawan-karyawan ini akan dipotong untuk ganti rugi.

Saya memutuskan untuk menunggu saja dan meminta pihak laundry untuk mengecek kembali. Saya agak yakin pakaian-pakaian tersebut terselip di suatu tempat, atau salah memberikan kantong pada customer lain karena jumlahnya cukup banyak. Tidak mungkin rasanya 10 potong pakaian terselip di antara pakaian lain customer. Kemungkinan mereka salah memberikan kantong laundry kepada orang lain.

Hari ini saya mendapatkan kabar bahwa pakaian-pakaian tersebut berhasil ditemukan. Alhamdulillah, utuh dan lengkap. Pihak laundry sepertinya berusaha dengan keras memperbaiki kesalahannya. Hal ini menimbulkan perasaan respek pada diri saya, karena sikap mereka yang tidak defensif dan bersedia bertanggung jawab atas kesalahannya.

Singkat cerita pakaian-pakaian ini akan diantarkan kembali hari ini. Saat anak saya bertanya apakah kami akan menitipkan cucian kami kembali pada mereka? Saya menjawab ‘iya, tentu saja. Kita harus menghargai sikap bertanggung jawab mereka. Orang bisa saja melakukan kesalahan, namun bagaimana mereka berusaha memperbaikinya, itu yang paling penting.’ Berbuat salah itu wajar, siapa sih yang bebas dari kesalahan. Menunjukkan tanggung jawab dengan tidak defensif menyalahkan customer (saya pernah mengalami kejadian serupa sebelumnya dan balik disalahkan), bahkan bersedia mengganti, benar-benar suatu sikap yang harus dihargai.

Tiba-tiba saya merasa Allah pun mungkin demikian memandang kita ya. Saat kita melakukan kesalahan, Dia mungkin akan sangat mengerti. Jika kita saja bisa sangat menghargai sikap bertanggung jawab memperbaiki kesalahan, apalagi Dia Ta’ala yang Maha Pengampun. Selama kita sungguh-sungguh, insyaAllah Dia akan mengampuni. Pertanyaannya memang, seberapa sungguh-sungguh kita dalam memperbaiki diri?

-Sebuah catatan lama, saya share kembali. Semoga bermanfaat.-