PEMBATASAN

Dulu saya orang yang keras kemauan. Jika ingin sesuatu sebisa mungkin saya berusaha mendapatkannya. Buat saya kala itu, kita bisa kalau kita mau. Selagi halal, lakukan apapun itu. Saat itu saya jarang berpikir apakah Allah suka akan hal ini, apakah itu baik untuk aspek batin saya, atau tidak.

Waktu berlalu, sejalan dengan usia, hal-hal yang tidak menyenangkan yang terjadi, saya sadari kemudian adalah cara Allah menjaga saya. Beberapa peristiwa tidak menyenangkan di masa lalu, pengkhianatan, kegagalan, kesulitan, dan sejenisnya, saya sadari kemudian merupakan ‘pagar’ yang Dia berikan untuk membatasi hawa nafsu saya. Kegagalan yang mengantarkan pada hal lain, pembatasan yang membuat saya bersyukur karena sudah diselamatkan.

Seorang teman berkata, Allah berkomunikasi pada kita lewat ‘tindakan-tindakan’-Nya. Seringkali Dia ‘bertindak’, men-create suatu kejadian dalam hidup kita, membatasi gerak-gerik kita, untuk mengajari kita tentang diri kita sendiri atau sesuatu. Namun sayangnya hati kita begitu buta untuk memahaminya.

Itulah yang seringkali terjadi. Ketidakpahaman menciptakan keluh kesah, dan kadang berbuah amarah terhadap pembatasan yang Dia lakukan. Padahal yang Dia inginkan kita bertanya apa yang Dia kehendaki dengan pembatasan ini. Kita bersabar dengan semua pengajaran-Nya.

Sungguh ini luar biasa sulit. Namun, saya rasa inilah hakikat iman sebenarnya. Percaya pada-Nya, percaya pada pengaturan-Nya, percaya apa yang Dia lakukan adalah baik belaka. Bisa membaca apa maunya dalam pembatasan dan melihat Dia dalam setiap takdir kehidupan.

Saya masih belajar. Masih jauh. Namun semoga Dia berkenan menyematkan sifat sabar dan syukur ini pada saya suatu hari nanti, apapun kondisinya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *