Pengetahuan yang Haq

Tahun 2010-2011 merupakan tahun yang sangat berat untuk saya. Di tahun ini saya mendapat ujian yang membuat dunia saya terasa runtuh saat itu. Kalau diingat kembali, tahun-tahun ini meskipun secara finansial berlimpah ruah, namun hati rasanya sangat sempit dan gelap.

Di rentang tahun 2019 ujian yang sama datang kembali. Kali ini meskipun reaksi terhadap peristiwa masih belum sepenuhnya tepat, masih bergejolak, namun jauh lebih baik dibanding sebelumnya. Alhamdulillah dengan pertolongan Allah, kondisi psikologis dan batin cepat bangkit dan melihat masalah dengan lebih positif.

Saya kemudian berkaca dari dua peristiwa ini. Kenapa reaksi saya di kedua tahun ini berbeda meskipun peristiwanya sama? Sebagian mungkin karena usia yang lebih matang, sebagian lain mungkin juga karena sudah pernah melewatinya.

Bisa saja, namun saya rasa bukan dua faktor ini yang paling penting untuk bangkit kembali setelah peristiwa sulit terjadi. Move on, kata anak-anak jaman sekarang, bukan semata-mata karena faktor usia ataupun peristiwa berulang sehingga sudah lebih ‘ahli’ menghadapinya. Ada banyak orang yang terjebak dalam masalah yang sama bertahun-tahun, pada kenyataannya. Sepertinya ada kontribusi faktor lain yang membantu menghadapi masa-masa sulit ini dengan benar.

Apakah itu? Sejauh pemahaman saya saat ini, pengetahuan yang benar terhadap bagaimana sebuah peristiwa dihadirkan, lebih banyak memberikan kontribusi utk bertahan, memperbaiki pemikiran, bergerak maju menuju pemulihan yang benar.

Dalam rentang tahun 2011-2019, setelah peristiwa sulit pertama, saya mengenal seorang sufi yang kemudian menjadi Mursyid saya. Dari beliaulah kemudian saya belajar memahami bahwa peristiwa apapun yang Allah hadirkan dalam hidup kita, bukanlah kotak kosong yang tak ada isinya.

Segala peristiwa itu bermakna. It’s a gift, meskipun paketnya terlihat seperti kedzaliman orang lain. Bahwa Allah mengatur hidup kita sedemikian rupa, terhubung satu sama lain, untuk membawa kita kembali, dan berjalan menurut apa yang Dia kehendaki. Menemukan shiratal Mustaqim kita, yang akan jadi bekal kita nanti. Hidup kita adalah storyline yang Dia susun, ada sapaan-Nya, ada hamparan pengetahuan-pengetahuan di atasnya, yang jangan sampai luput kita baca. Kuncinya jangan mengeluh, jika mengeluh maka habislah kita.

Pengetahuan ini ditanamkan pelan-pelan dalam pikiran saya, selama tahun-tahun itu. Pelajaran tentang bagaimana Al-Qur’an menyampaikan hal ini dalam tamsil kisah Bani Israil, Sapi betina, Kisah para nabi, dan lain sebagainya. Bagaimana Al-Qur’an bercerita tentang lebah, pohon dan buah, dan lain sebagainya kemudian memberikan perspektif baru, yang tidak hanya menyentuh akal luar saya, namun juga Alhamdulillah hati saya. Pengetahuan ini membantu saya berprasangka baik pada-Nya, bahkan pelan-pelan mempercayai-Nya sepenuh hati. Pengetahuan ini juga membuat saya melihat kasih sayang-Nya yang besar dalam setiap peristiwa.

Pengetahuan yang benar tentang hidup dan kehidupan, berdasarkan pengalaman saya, sangat membantu melewati peristiwa sulit dalam hidup. Kalau dalam Al-Qur’an dikatakan Allah menancapkan gunung-gunung sebagai pasak untuk menjaga bumi ini dari goncangan. Gunung-gunung itu adalah pengetahuan yang Haq, yang benar, yang berasal dari-Nya (insyaAllah), yang akan menjaga kita dari goncangan dunia. Pengetahuan yang sangat berharga.

Semoga Allah meng-karuniai pengetahuan Haq ini dalam hati kita, sehingga kita bisa memahami makna semua peristiwa dalam kehidupan.

Amin ya Rabbal ‘Alamin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *