Phobia Nanas

Phobia adalah ketakutan yang berlebihan atau tidak beralasan terhadap sesuatu, sehingga menimbulkan respon yang menurut orang lain juga mungkin tidak biasa. Pada saya phobia terhadap nanas ini baru saya sadari bertahun-tahun kemudian.

Lha kok nanas? Sebagian besar orang tertawa atau mengernyitkan dahi saat tahu bahwa saya sangat tidak suka nanas. Saat kecil, mencium bau nanas pun dapat membuat saya mual dan muntah. Saya ingat, selalu berlari keluar rumah setiap keluarga saya membeli nanas. Beranjak remaja, reaksi saya lebih baik sedikit dengan hanya menjauh. Meskipun tidak lagi menjauh saat mencium bau nanas saat dewasa, namun saya tidak mau memakannya sama sekali.

Saya tidak ingat persis awal kejadian sehingga saya tidak suka nanas, bahkan cenderung phobia. Samar-samar yang saya ingat adalah peristiwa mabuk darat yang hebat saat perjalanan mudik dengan bus umum, bersama orang tua, dimana bau buah nanas adalah tersangkanya. Saking parahnya bahkan membuat saya jatuh sakit. Sepertinya saat itu buah nanas yang diletakkan di bagasi jumlahnya cukup banyak dan tercampur dengan bau-bau lain yang memicu mabuk darat berlebihan ini.

Saat dewasa saya menyadari ini adalah salah satu reaksi hipersensitif terhadap bau pada orang dengan gangguan regulasi sensori. Saya salah satunya. Masalah sensori yang menyebabkan mabok darat itu bukan hanya bau, namun juga indra vestibular/keseimbangan yang menyebabkan saya juga sensitif terhadap perubahan posisi, kecepatan, dan sejenisnya. Untuk orang dengan masalah sensori ini, sensifitas berlebih memicu reaksi mabuk darat yang saya derita di masa kecil. Untuk masalah sensori ini, semoga saya bisa membahasnya dalam tulisan yang berbeda.

Seiring berjalannya waktu, Alhamdulillah saya mendapatkan pemahaman lebih baik tentang kondisi diri saya sejalan dengan pengetahuan yang Allah berikan ini. Saya mulai melihat kembali akar dari masalah phobia nanas ini dengan cara pandang yang berbeda. Saya mulai belajar mentoleransi kehadirannya.

Mulai dari merasa tidak terganggu meskipun orang lain mengkonsumsinya di dekat saya, tidak lagi melepehnya saat termakan secara tidak sengaja di salad buah yang saya makan. Tentu berbalur dressing yang saya sukai. Meskipun begitu, keinginan untuk mencoba buah ini langsung, tanpa campuran atau dalam bentuk olahan apapun saat itu masih belum muncul. Saya malah sempat terpikir, tidak apa-apa tidak mengkonsumsinya langsung seumur hidup. Toh nanas hanya salah satu sumber vitamin atau zat baik lainnya yang bisa digantikan dengan yang lain. Gak papa, gak dosa 😆. Hal ini bahkan saya sampaikan saat sharing tentang gangguan sensori pada orang tua anak berkebutuhan khusus di salah satu event yang saya ikuti.

Namun rupanya Allah menginginkan lebih dari itu. Beberapa hari yang lalu, di suatu siang yang nyaman, dalam suasana hati yang sedang baik, tiba-tiba terbersit dorongan untuk mencobanya. Ini saatnya, saat untuk menyelesaikan semua urusan dengan nanas ini. Begitu dorongan dari dalam hati dan pikiran saya. Mari kita coba (lagi) setelah beberapa tahun lalu gagal mencobanya.

Lalu Bismillah, saya pun mencoba dan hasilnya di luar dugaan saya. Ada sensasi lega luar biasa seperti diangkatnya beban berpuluh tahun dari pundak saya. Berlebihan ya, tapi memang begitu rasanya. Wow, ajaib, amazing, kaget, takjub, haru, lapang, membuat saya tertawa-tawa sendiri menyadari betapa remehnya ketakutan saya ini, betapa saya terikat dengan pengalaman negatif masa kecil itu, dan betapa mudahnya Allah mengangkatnya. Sesuatu yang sudah berpuluh tahun melekat, menutupi, tiba-tiba jadi terang seketika. Ringan begitu saja.

Ajaib sekali. Lalu kemudian saya memahami, begitulah rasanya ketika Allah berkenan mengangkat waham kita, ketakutan kita, kecemasan kita, atau bahkan hal-hal salah yang selama ini kita yakini, namun tidak kita sadari melekat dan menutupi mata batin.

Begini rasanya ketika Dia berkenan menunjukkan sesuatu yang tadinya mungkin kita anggap bukan masalah atau bukan dosa, namun ternyata bisa menghalangi kita dari merasakan rezeki lain yang seharusnya bisa kita nikmati. Seperti sebuah hadiah, rasa nanas ternyata enak juga, tidak seperti yang saya duga sebelumnya. Begini rasanya ketika Dia berkenan mengangkat sedikit saja waham di dada. Seperti hadiah dari langit, rasanya lapang luar biasa.

Semoga setelah ini Dia perkenankan juga untuk mengangkat kotoran di dalam dada dan apa-apa yang menggelapkan hati, yang mungkin saya anggap biasa saja, bukan dosa, atau bahkan tidak saya sadari keberadaannya. Amin amin ya Allah.

Depok, 9 Juli 2024.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *