Hidup itu adalah rangkaian konsekuensi dari pilihan yang kita ambil. Dulu saya sangat percaya dengan kalimat ini. Tapi sekarang, saya menyakini, bagi orang beriman pilihan hidupnya bukan dia yang menentukan. Ada Allah sebaik-baik pembuat pilihan.
Berserah diri pada hakikatnya menyerahkan pilihan ini padaNya. Melalui doa, istikharah, munajat panjang, pengambilan keputusan tidak lagi berdasarkan akal semata. Baik buruknya konsekuensi tidak lagi dilihat dari kacamata manusia. Karena jika merujuk pada ini, maka pilihan nabi Ibrahim meninggalkan Siti Hajar di tengah gurun, adalah bentuk kekejaman belaka di mata dunia.
Orang beriman ukurannya adalah keridhaan hati menjalani semua ketetapanNya. Dia yang makin ridho, hakikatnya adalah sebaik-baik manusia.