KEBAIKAN HATI

Rabu sore menjelang maghrib, dengan langkah tergesa-gesa aku memasuki pelataran mall menuju salah satu klub kebugaran dimana aku terdaftar sebagai anggota-nya. Waktu sudah menunjukkan jam 6 kurang dan waktu maghrib sudah tiba. Hari ini aku ingin mengikuti salah satu kelas yang belum pernah ku ikuti sebelumnya. Aku lirik jam di handphone, masih ada waktu untuk sholat maghrib dahulu meskipun besar kemungkinan aku akan sedikit terlambat masuk ke dalam kelas.

Setelah sholat, seperti dugaanku, kelas telah dimulai. Sepertinya hanya selang 5 menit jika kelas dimulai tepat waktu. Pintu ruangan kubuka perlahan, musik dengan tempo cepat langsung menyambar telinga saat aku bergabung di dalamnya. Semua orang sudah di posisinya, mengikuti instruktur di depan dengan semua perlengkapan yang dibutuhkan. Alat angkat beban dengan sejumlah perlengkapan lain yang aku tidak tahu namanya, sudah di depan mereka.

Aku berjingkat pelan ke arah dimana peralatan diletakkan. Dengan kebingungan memperhatikan alat apa saja yang dibutuhkan dan mereka-reka bagaimana cara menggunakannya. Butuh beberapa menit lagi sepertinya agar bisa mengikuti kelas ini sesuai dengan prosedurnya.

Tiba-tiba seorang perempuan mendekatiku. Dia tersenyum dan menyapa. Dengan cepat dia mengambil beberapa peralatan, menyerahkan padaku sebagian dan membawa sebagian lain ke sudut yang masih kosong. Tanpa banyak kata dia memasang beberapa peralatan itu untukku. Mulai dari barbel dengan beberapa plate di atasnya, dan tempat untuk meletakkannya yang disusun bertingkat, yang akupun tidak tahu namanya. Selesai mengerjakannya, dia tersenyum dan mempersilakan aku menggunakannya. Aku yang masih terkesima mengucapkan terima kasih sebelum dia kembali ke tempatnya.

Aku sungguh tertawan dengan peristiwa malam itu. Spontanitas alami yang menunjukkan kepedulian pada kesulitan orang lain tanpa diminta. Sebuah hati yang mengingatkanku pada kebaikan Yang Maha Rahman. Hati yang penuh welas asih dan pemberi, yang membuatku terharu hingga saat ini jika mengingatnya. Dalam hati aku berdoa, semoga kebaikanmu membuat hari-harimu terang dan ringan ya Mbak. Sama seperti ringannya hatimu membantu orang lain.

JALAN SETAPAK

Salah satu sahabat saya menderita sakit cancer. Meskipun kondisinya cukup stabil, namun dia harus mengkonsumsi sejumlah obat dan secara rutin berkonsultasi pada dokter untuk menjaga kondisinya ini. Selain itu dia juga menderita sakit autoimun yang sewaktu-waktu bisa kambuh, baik karena dampak pengobatan atau yang lainnya.

Suatu siang di sebuah gedung pencakar langit Jakarta kami bertemu. Saya perhatikan ada bekas luka di keningnya. Biasanya hal itu karena autoimun yang kumat dan menimbulkan masalah di kulit. Kulit mengelupas dan saya tidak tahu seberapa pedih rasanya jika sedang terjadi.

Siang itu saya lihat dia ceria saja, kami menyelesaikan tugas dengan cepat di sana dan memutuskan pulang bersama. Di tengah jalan, saya yang merasa penasaran bertanya bagaimana rasanya harus menjalani sekian pengobatan, bolak balik ke rumah sakit, belum lagi jika autoimunnya kumat. Saya sendiri tidak tahu akan sanggup atau tidak jika mendapatkan ujian yang sama.

Dia tertawa saja, katanya Alhamdulillah dia cukup ringan menjalani semua. Dia menerima kondisinya sebagai ujian, pembersihan sekaligus jalan mendekatkan padaNya. Saya sendiri juga tidak pernah melihat dia mengeluh, meskipun pasti kondisinya tidak mudah.

Setiap orang diuji dengan kehidupannya masing-masing, dengan kadarnya masing-masing dan ceritanya masing-masing. Jika teman saya dengan sakit, maka saya mungkin dengan pernikahan. Orang lain mungkin juga dengan anak. Jatah setiap orang berbeda, tergantung dengan kondisinya, tergantung dengan apa yang ada dalam jiwanya. Rasa-rasanya tidak ada orang yang tidak menghadapi kesulitan dalam hidup ini. Kesulitan dan kemudahan berkelindan merangkai cerita, membentuk jalan hidup setiap orang. Spesifik, khas, khusus. Tidak ada cerita satu orang yang sama persis dengan cerita orang lain.

Saya lalu teringat sebuah ungkapan bijak bahwa ada banyak jalan menuju Dia, sebanyak jumlah manusia di muka bumi ini. Mungkin inilah maksudnya. Cerita saya tidak sama dengan teman saya tadi. Tidak juga bisa dibandingkan satu sama lain karena kami jelas berbeda. Cerita yang berbeda ini menyimpan rahasia siapa kita dan bagaimana kita menuju-Nya. Semuanya hanya bisa terungkap hanya kita mau menyelaminya. Menyelaminya dengan penerimaan tanpa syarat tentunya. Seperti yang dilakukan teman saya siang itu, tetap tersenyum menjalani takdirnya. Jalan setapaknya.

Semoga kita dikaruniai keridhaan hati dalam menapaki jalan setapak kita sendiri. Karena keridhaan kita adalah tanda keridhaan-Nya. Hal terbesar yang kita inginkan dalam hidup kita.

Amin ya Rabbal ‘alamin.

INSPIRASI

(CATATAN 18 NOVEMBER 2022)

Kemarin hari yang sangat mengesankan bagi saya. Allah menghadirkan sebuah pelajaran langsung, bagaimana individu berkebutuhan khusus dapat berdaya maksimal, jika diberi kesempatan, di hari terakhir training yang saya ikuti.

Minggu ini sebenarnya merupakan minggu yang agak melelahkan. Setelah perjalanan panjang keluar kota, jadwal training padat dari Senin hingga Kamis. Puncaknya di hari terakhir, saya harus membuka training seorang diri dengan fisik yang sebenarnya sedang tidak fit.

Allah ternyata baik sekali. Pasca sesi pembukaan yang harus tetap semangat meskipun mulai kelelahan, saya memperhatikan ada yang menarik dari salah satu peserta. Saat berdiri lebih dekat, saya baru menyadari bahwa peserta ini sepertinya merupakan penyandang Cerebral Palsy. Butuh usaha lebih baginya untuk menyampaikan pendapatnya atau mengajukan pertanyaan, agar lebih mudah dipahami.

Namun disinilah luar biasanya, saya tidak melihat perasaan minder di diri peserta ini. Dia terlihat sangat antusias, meskipun materi presentasi pastilah bukan materi yang mudah bagi individu dengan keterbatasan gerak seperti ini.

Dia aktif bertanya, pertanyaan yang diajukan pun sangat baik. Dia juga berani praktik di depan kelas, ketika trainer meminta peserta melakukan mini praktik materi presentasi mereka.

Puncaknya pada penampilan akhir, peserta ini mengajukan diri untuk tampil, bersama 2 teman lainnya. Mereka berkompetisi menampilkan materi presentasi yang sudah dirancang, dengan sebaik-baiknya. Di akhir sesi, dia berhasil keluar sebagai pemenangnya. Sungguh luar biasa, untuk individu yang bahkan utk berbicara saja harus berusaha lebih keras dibanding orang lain.

Dia mampu memukau audiens dengan susunan kalimat yang baik dan juga materi yang sistematis. Materinya mudah dipahami dan pesan yang disampaikan mudah diingat, bahkan setelah presentasi berakhir. Buat saya, dia menjadi sumber inspirasi baru. Seorang individu berkebutuhan khusus dapat berkembang maksimal, jika kita memberinya kesempatan. Bahkan presentasinya bisa mengalahkan kita yang tidak memiliki keterbatasan. Betapa usaha keras dan keceriaannya mampu membuat dia tampil memukau orang lain.

Saya benar-benar terharu melihatnya. Semoga makin banyak perusahaan dan lingkungan di luar sana, memberikan kesempatan pada individu berkebutuhan khusus ini untuk berkembang. Terimakasih BTPN Syariah untuk pelajaran berharga akan kesetaraan, memberi kesempatan, bagi individu berkebutuhan khusus ini.

I am very proud of you.

Mendengarkan Dengan Hati

Beberapa hari lalu saya melakukan presentasi training di depan klien secara online. Hal yang rutin sebenarnya, bertemu klien, mendengarkan kebutuhannya dan kemudian menyiapkan produk training yang sesuai dengan kebutuhannya ini.

Setelah saya melakukan presentasi, PIC klien yang merupakan top manajemen di perusahaan ini mulai menjelaskan situasinya. Beliau dahulunya berkarir di perusahaan besar, dimana learning culture-nya cukup baik. Training merupakan hal yang biasa, segala-galanya sudah berjalan by sistem. Setiap orang sudah memahami dengan baik jobdesc nya dan cara mengelola pekerjaannya.

Lalu kemudian pasca pensiun beliau diminta mengelola perusahaan ini. Perusahaan milik perorangan, yang masih bertumbuh. Kulturnya jelas berbeda dan beliau menemukan banyak kebutuhan untuk pengembangan diri dari karyawan, agar pekerjaan lebih efektif, namun tidak tahu harus mulai darimana.

Singkat cerita saya kemudian mencoba membantu beliau merumuskan model training atau pengembangan diri yang tepat. Di akhir meeting ini beliau terlihat senang sekali dan berkata, ‘yang saya butuhkan sepertinya teman ngobrol dan sharing ttg masalah ini.’ Beliau berharap kami bisa berdiskusi beberapa kali untuk kebutuhannya ini.

Saya cukup senang mendengarnya. Hal yang saya lakukan sebenarnya sederhana saja, yaitu menyimak dengan baik apa yang dia sampaikan. Mendengarkan dengan sepenuh hati, menangkap inti pesannya, merefleksikan kembali apa yang dia sampaikan, dan kemudian memberikan beberapa perspektif berdasarkan expertise saya utk masalah ini. Hal sederhana, buat saya mungkin terasa mudah, dan sehari-hari. Belajar mendengarkan dengan hati.

Efek terapeutik mendengarkan dalam konseling sudah saya ketahui dengan baik. Dalam ruang konsultasi yang saya adakan di komunitas, efek ini terlihat jelas sekali. Namun, ketika efek ini juga terasa di dunia bisnis, dalam hubungan yang sifatnya ‘untung rugi’ dan ‘jual beli’, saya merasa cukup surprise. Apapun itu, orang lain merasa terbantu saat kita bersedia mendengarkan dengan baik masalahnya. Bahkan ketika dia tahu bahwa kita sedang menjual produk kita padanya.

Saya tidak pernah belajar bisnis, sales ataupun marketing secara formal. Namun satu hal yang bisa saya bagi selama menjalani dunia ini adalah customer tetaplah manusia. Dia ingin diperlakukan sebagai teman atau sahabat, tidak hanya sekedar sasaran penjualan saja. Menempatkan diri sebagai teman bicara, alih-alih penjual, akan membantu untuk me-maintain hubungan jangka panjang dengan mereka. Pada akhirnya akan mendatangkan manfaat yang baik bagi penjualan maupun bisnis kita.

Memaafkan Diri Sendiri

Beberapa hari ini saya menyelesaikan serial baru di Netflix yang sedang booming: Gadis Kretek. Terlepas dari kontroversi tentang serial ini, saya mendapatkan beberapa pelajaran terkait perjalanan hidup manusia, yang menjadi ketertarikan saya belakangan ini.

Series ini mengisahkan tentang kisah cinta Soeraja dan Dasiyah, yang dilatarbelakangi tragedi 65 dan juga perkembangan industri kretek di tanah air. Saya pribadi tidak terlalu suka dengan adegan asap dan rokok di sepanjang series ini, dan juga beberapa adegan vulgar yang tidak tahu kenapa harus selalu jadi bagian dari film ‘bagus’ Indonesia belakangan ini. Padahal tanpa itupun harusnya jalan cerita mengalir cukup kuat dengan sinematografi yang baik.

Salah satu pelajaran yang saya ambil dari series ini adalah bagaimana proses pemaafaan dan pengampunan menjadi hal yang penting untuk kehidupan seseorang. Pemaafan di sini bahkan tidak hanya mengenai orang lain, namun juga diri sendiri.

Memaafkan orang lain sudah banyak yang memahami akan membantu memperbaiki kondisi diri secara keseluruhan. Saya sendiri Alhamdulillah sudah merasakan dampak besarnya pada kehidupan pribadi. Rekonstruksi ulang kehidupan benar-benar terjadi ketika kita benar-benar bisa menerima kesalahan orang lain dan memaafkannya. Seperti hari baru yang dihadirkan di hadapan kita sehingga kita bisa melanjutkan hidup dengan lebih jernih.

Proses memaafkan diri sendiri ternyata juga sama bermanfaatnya. Tidak jarang dalam perjalanan hidup, kita juga melakukan kesalahan yang kita sesali, mungkin hingga menjelang mati, seperti apa yang dialami Mas Soeraja di series ini. Dia bahkan mungkin saja serangkaian tindakan yang kita lakukan dengan niat baik, namun ternyata tindakan tersebut berdampak buruk pada orang lain. Bahkan di film ini Soeraja terkesan menjadi pengkhianat bagi orang yang dia cintai.

Bisa jadi juga tindakan tersebut reaksi buruk kita terhadap suatu peristiwa karena keterbatasan dalam menangani masalah atau konflik. Andai saya gak begini, atau tidak melakukan itu, mungkin tidak akan begitu. Andai saya bisa lebih tenang, lebih bisa memaafkan, lebih mengampuni di awal, mungkin semua ini tidak akan terjadi. Beribu ‘andai’ yang sudah pasti tidak bisa diwujudkan lagi.

Apapun itu memaafkan diri sendiri pun penting dalam melanjutkan hidup. Selama kita hidup harusnya kita bertumbuh. Bertumbuh dari kesalahan-kesalahan yang kita lakukan, dari pemahaman-pemahaman akan kejadian dan reaksi kita, yang mungkin akan kita sesali kemudian. Pemahaman ini harusnya mengantarkan kita menjadi lebih baik lagi.

Saya teringat pesan seorang teman, ‘kita akan melakukan kesalahan, akan terjatuh, tapi tidak apa-apa, bangkit lagi dan terus berjalan’. Hidup itu tentang berjalan terus hingga terminal penghabisan, sebelum diberangkatkan ke tempat lain. Terima diri kita, utuh, dengan segala lebih dan kurangnya. Ampuni apapun yang kita lakukan di masa lalu, jadikan pelajaran dan terus melangkah maju. Meskipun hanya setapak demi setapak.

Segala peristiwa di dunia ini, yang kita alami, memang dirancang khusus untuk diri kita, agar lebih memahami tentang diri sendiri. Pemahaman terhadap kesalahan dan keterbatasan diri sesungguhnya adalah anugerah luar biasa untuk bertumbuh kembali. Jadi jika kita pernah bersalah, lalu menyesal, bersyukurlah karena kita masih diberi kesempatan memperbaikinya. Setidaknya kita tidak dibiarkan buta dan merasa sempurna, sehingga bahkan tidak memahami dimana letak salah tindakan atau perilaku kita. Menurut saya, justru itulah kemalangan luar biasa, tidak diberi kesempatan bertaubat secara spesifik, sebelum kita kembali.