KUTIPAN AYAT

Dan Dia ciptakan padanya gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dan kemudian Dia berkahi, dan Dia tentukan makanan-makanan (bagi penghuninya) dalam empat masa, memadai untuk (memenuhi kebutuhan) mereka yang membutuhkannya.

Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu msh merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: ‘Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa.’ Keduanya menjawab: ‘kami datang dgn suka hati.’

Maka Dia menjadikannya tujuh langit dlm dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikian ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.

(QS. Fushshilat: 10-12)

Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, hingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?

(QS. Fushshilat: 53)

Bumi jasad, langit jiwa, dan penataannya.

-Lampung Trip, 2023-

BUNDA HAJAR

Masih ingat saat saya menulis status tentang Siti Hajar, saat idul adha 11 tahun lalu. Saat itu saya begitu terkesan dengan ketaqwaan Bunda Hajar pada Allah Ta’ala. Kisah perjuangannya diabadikan dalam ibadah haji dan dari keturunannya lah lahir Sang Nabi Terakhir.

Saya terkesan dengan ketaatannya dalam mengikuti petunjuk, keberserahdirian dan imannya yang luar biasa kepada Allah Ta’ala. Rela ditinggal sendiri di tengah gurun dengan seorang anak yang masih bayi. Jika bukan karena iman yang kuat padaNya, rasanya tidak mungkin seseorang begitu teguh dan berani menjalani sesuatu yang terlihat kejam dan mustahil. Begitu percaya bahwa Allah akan melindungi, dan setiap pengaturanNya adalah baik.

11 tahun kemudian, kekaguman saya padanya menguatkan saya utk menjalani takdir yang tidak mudah. Saya diingatkan kembali pada ini, setiap kali ingin mengeluh di dalam hati. Keberserahdirian tidak didapat dengan rasa nyaman, dia didapat dari perjuangan melalui takdir yang mungkin sulit.

Bahwa ada Dia dalam setiap perjalanan, ada kemudahan dibalik kesulitan, ada pertolongan dalam setiap kesukaran. Bahwa Dia ada, melihat, dan menginginkan saya percaya pada pengaturanNya, 100% tanpa keraguan. Sehingga saya benar-benar bisa bersaksi, ‘alastu birabbikum? Iya, Dia Tuhanku, pelindungku dan penjaga dalam setiap urusan.

REMINDER

Segala sesuatu yang menjadi hak kita, akan sampai pada kita, entah bagaimanapun caranya. Hak-hak kita yang ditahan, akan tergantikan dalam bentuk lain. Dalam bentuk yang mungkin malah lebih baik. Belakangan ini saya sedang mendapatkan insight tentang ini. Beberapa penggantian yang Allah berikan, sebagai ganti dari hak yang belum tertunaikan.

Begitu juga kedzaliman yang kita alami, akan terganti dalam bentuk lain, plus mudah-mudahan akan jadi penggugur dosa-dosa kita yang juga banyak jumlahnya. Kita berhak menagihkan hak kita, namun yang saya pelajari kemudian, ditunaikan atau tidak itu adalah urusan mereka dengan Tuhan. Ingatkan baik-baik, sisanya serahkan padaNya. Don’t play God, nanti kita rusuh sendiri. Urusan kesalahan dan dosa kita saja yang perlu kita pikirkan. Sisanya bukan.

Belajar memilah mana ranah kita dan mana yang bukan, untuk kesehatan lahir batin.

HATI

Beberapa bulan yang lalu saya mendampingi suami memberikan training di salah satu perusahaan. Di salah satu sesi, saya memandu sebuah aktivitas dan melakukan debriefing untuk mengantarkan pada poin pembelajaran. Sebelumnya, saya secara singkat menjelaskan tentang suatu teori terkait ilmu psikologi sesuai latar belakang saya selama ini.

Salah satu peserta memberikan argumen tentang teori ini, pada saat saya memberikan pertanyaan debriefing. Argumen ini menganggu saya karena mempertanyakan penerapan teori tersebut dalam konteks pekerjaan. Karena terganggu, saya kemudian agak berpanjang membahasnya, berusaha mempertahankan pendapat dan menyakinkannya. Kondisi ini membuat sesi tersebut jadi memakan waktu lebih panjang dari biasanya, meskipun akhirnya mencapai kesepakatan.

Saya yang kemudian tersadar lalu bertanya-tanya, bagaimana jika saat itu ego saya tidak tersentil? Mungkin sesi tersebut akan berjalan lebih mulus seperti sesi lainnya, karena saya tidak berusaha mempertahankan sesuatu.

Guru saya mengatakan apa yang terjadi pada kita, hakikatnya adalah diundang dari apa-apa yang ada dalam hati kita. Pertanyaan tersebut diundang masuk dari ego keilmuan yang saya miliki. Hal-hal lain mungkin juga diundang oleh hal-hal lain yang ada dalam hati. Merencanakan berlebihan diundang oleh kecemasan yang ada. Perasaan dihina diundang oleh rasa terhormat di dalam dada. Apapun itu, singkat kata, hanya memperlihatkan apa yang ada di dalam.

Benarlah nasihat Guru saya, jika terusik ambil waktu jeda, tanyakan apa yang terganggu di dalam sana. Lihat apa yang ada di dalam sana. Jika saya tidak merasa benar, akan jadi pertanyaan simple saja untuk org yang tidak punya ego tersebut.

Saya kemudian berpikir, orang-orang yang ikhlas, nampaknya akan mudah melewati segala sesuatu yang dihadirkan ini, karena memang tak ada yang bertahta di hatinya. Mungkin merasa sedih, kecewa sebentar, namun akan sangat mudah kemudian menerimanya. Jika kita masih sangat terganggu, itu artinya masih ada yang bertahta di dalam sana. Hati kita tidak sebersih yang kita duga. Demikianlah Dia mengajarkan dan menampakkan kondisinya.

Wallahu’alam.

PENGINGAT DIRI

Apakah ketika rezeki datang berlimpah kamu tetap bersyukur dan ketika kesulitan menghadang, kamu tetap bisa bersabar?

Apakah semua tetap sama saja di hatimu, atau hatimu masih terbolak balik kuat terpengaruh ‘pemberian’nya?

Apakah kamu bisa melihat Dia di setiap ‘pemberian’ atau terpaku pada wujud rupa pemberian-Nya?

Iman-mu, apakah terpancang kuat, atau hanya sekedar di tepi?

Jawabannya mencerminkan kondisi hatimu, apakah benar meng-hamba pada-Nya, atau menghamba pada sekedar ‘pemberian’-Nya.

Yang pertama adalah orang yang beruntung, yang kedua adalah orang-orang yang merugi.