Ujian dan Pelajaran

Beberapa waktu ini, anak kedua saya menghadapi ujian akhir di sekolahnya. Sewajarnya anak yang sedang menghadapi ujian akhir sekolah, si kecil ini kadang terlihat stres, khawatir, dan perasaan tidak menyenangkan lainnya menjelang ujian. Salah satu cara saya menenangkannya adalah dengan mengatakan insyaAllah ujian ini ada tanggal berakhirnya, dan itu dia ketahui dengan pasti. Setelah tanggal tersebut, dia bisa melewati hari-hari yang lebih lowong dan bebas untuk bermain.

Hal yang sama kadang juga saya katakan pada diri sendiri saat menghadapi situasi yang menekan di pekerjaan. Ketika dikejar deadline atau situasi pekerjaan yang cukup hectic, saya akan mengatakan pada diri sendiri insyaAllah tanggal sekian semua akan berakhir. Cara ini sering membantu saya maju perlahan-lahan sehingga tak terasa semua selesai.

Akan tetapi tidak semua ujian ada tanggal pasti berakhirnya. Hal ini terutama berlaku untuk ujian hidup. Banyak ujian hidup yang kita tidak tahu dimana ujungnya. Konflik tiada henti dengan pasangan, sakit berkepanjangan, kesulitan ekonomi yang melilit, dikaruniai anak berkebutuhan khusus, bisa jadi contoh ujian yang tidak ada deadline berakhirnya. Lalu bagaimana kita menghadapinya?

Saat dalam situasi ini umumnya kita akan meronta-ronta minta dilepaskan. Kita akan melakukan segala cara agar keluar dari situasi tersebut. Kita cenderung tidak bisa diam, sehingga apa-apa yang ingin Tuhan ajarkan tak lagi terbaca dengan baik.

Padahal seringkali ujian yang datang seperti tak ada ujungnya ini hadir karena Tuhan sedang ingin mengajarkan sesuatu. Khusus untuk kita. Seorang. Tuhan mungkin sedang memperlihatkan bagian dalam diri kita yang tidak baik. Bisa jadi tentang penyakit hati kita, atau mindset kita, atau ketiadaan Dia dalam keputusan-keputusan yg kita ambil, atau yang lainnya. Intinya Dia sedang mendidik kita, menghias batin kita sekaligus menghapus dosa-dosa kita.

Saat kita memberontak, marah-marah, semua yang diajarkan ini menjadi tak terlihat. Karena kita sibuk dengan diri kita sendiri. Ketika semua ini tidak terbaca, ujian seringkali terasa tidak berkesudahan. Berulang-ulang, berputar-putar, berganti episode dengan tema yang sama, karena pesan-pesan-Nya tak jua terpahami.

Guru saya berpesan, ketika ujian datang hal pertama yang harus dilakukan adalah menerimanya. Sebelum berusaha kesana-kemari, mencari jalan keluar, berkhidmat pada-Nya dahulu menjadi utama. Bertanya apa yang Dia inginkan, mohonkan pertolongan untuk melaluinya. Dengan demikian, mudah-mudahan hikmah dari ujian menjadi terbaca. Meskipun belum teratasi, mudah-mudahan menjalaninya menjadi lebih ringan.

Saya sendiri bersaksi, pernah ada masa dimana ujian yang sama terasa tak kunjung usai ketika saya tidak menerimanya dengan baik. Bertahun-tahun menghabiskan nyaris seluruh energi saya. Lalu kemudian semua diaturNya dengan rapih saat penyikapan menjadi lebih baik.

Saya juga masih belajar melaksanakan ini. Semoga dengan berbagi Allah berkenan membuat Hal-hal yang terasa berat di hati, menjadi lebih ringan dijalani.

Amin ya Rabbal ‘alamin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *